Hai sobat diskusi, pada kesempatan kali ini penulis ingin membahas
tentang tips untuk menciptakan suasana keluarga yang inspiratif.
Sejatinya, fitrah keluarga adalah menjadi tempat ternyaman yang membuat
kita selalu ingin kembali. Sejauh apapun kita pergi, bahkan kepergian yang “terpaksa”
sekalipun, seringkali kerinduan akan keluarga selalu mendera.
Bagi anak-anak, cara terbaik agar mereka kerasan di rumah bukanlah
dengan melarang anak ke luar rumah. Namun, cara yang terbaik adalah dengan
menciptakan lingkungan rumah yang nyaman buat mereka. Tatkala suasana rumah
nyaman, anak akan kerasan, dan tatkala pergi, anak akan rindu dan ingin segera
kembali lagi ke rumah. Lebih dari itu, suasana keluarga yang nyaman adalah
tempat terbaik buat anak mengembangkan bakatnya.
Para pakar pendidikan banyak yang menuliskan bahwa belajar adalah
proses mencoba hal baru, sehingga belajar terkadang akan membuat anak merasa
cemas, dan bahkan takut jika mengalami kegagalan dan/atau rintangan saat mencoba
hal baru tersebut. Dalam konteks ini, suasana rumah yang nyaman adalah bentuk dukungan
kepada anak untuk berani mencoba, berani melakukan eksplorasi. Anak akan tahu
bahwa mesti belajar itu mencemaskan, ia bisa kembali pada suasana nyaman di
rumahnya. Suasana nyaman rumah menetralisir ketegangan yang disebabkan oleh
proses belajar yang dijalani anak-anak.
Suasana yang nyaman meliputi lingkungan fisik, relasi sosial, dan iklim
belajar. Secara umum, anak pada usia dini suka bergerak ke sana dan kemari. Apalagi
anak dengan kecerdasan tubuh yang menonjol, aktivitas gerakannya jauh lebih
banyak. Beberapa orangtua menciptakan lingkungan fisik yang membuat mereka harus
sering-sering melarang anak. Mengapa? Rumah memiliki banyak benda yang membuat
anak tidak bebas bergerak, atau bahkan berbahaya bagi anak. Lingkungan fisik
bukanlah tentang kualitas benda-benda, melainkan kualitas relasi dan atmosfir
yang bisa diciptakannya.
Sering kali yang dirindukan dari sebuah rumah bukanlah bentuk fisiknya.
Rumah bisa saja sangat sederhana, tetapi anak-anak merindukan sikap anggota
keluarga. Mungkin orangtua sibuk, tetapi tetap berusaha menyempatkan waktu
untuk mendampingi dengan perhatian penuh ketika dibutuhkan. Mungkin sang kakak
punya sikap yang menjengkelkan, tetapi karena sikap itulah sang adik merindukan
kakaknya. Satu sama lain saling memberi perhatian dan kepedulian. Suasana makan
bersama yang penuh dengan obrolan santai mengenai sikap tetangga, hingga siapa
yang menjadi juara dunia. Meja makan adalah ruang perjumpaan antarmanusia, bukan
pertemuan para alien perangkat digital.
Lingkungan fisik dan relasi sosial yang kondusif adalah pembentukan
iklim belajar dalam rumah. Belajar bukan dalam artian mengerjakan pekerjaan
rumah dari sekolah. Rumah menjadi ruang untuk berbagi ide dan inspirasi
antaranggota keluarga. Orangtua berbagi wawasan menarik atau pengalaman kerjanya.
Anak bercerita mengenai pelajaran baru yang dipelajarinya. Kualitas percakapan
dalam keluarga akan menentukan kualitas iklim belajar sebuah rumah. Ada orangtua
yang mengisi percakapan dari gosip yang satu hingga gosip yang lain, ada yang
sebatas membahas berita sebuah peristiwa, tetapi ada pula keluarga yang
membicarakan beragam gagasan.
Kualitas percakapan dalam keluarga menggambarkan sekaligus membentuk
kualitas psikososial dari keluarga tersebut. Semakin banyak kata negative,
semakin sering menyalahkan, semakin tidak kondusif suasana rumah. Percakapan dalam
keluarga yang sehat cenderung membicarakan sisi positif dua kali lebih banyak
daripada sisi negatif. Percakapan yang apresiatif akan menjadi stimulan yang
sehat pula bagi anak untuk tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang sehat. Jadikan
percakapan anda menginspirasi anak untuk mengembangkan potensinya.
0 Comments
Ada pertanyaan atau saran tentang website ini, tulis komentarmu di sini: