Pada posting sebelumnya, kita sudah mendiskusikan tentang Yuk
Mengenali Autism Spectrum Disorder, pada tulisan kali ini, admin http://www.diskusikehidupan.com
ingin membahas tentang ragam teori tentang ASD. Banyaknya ragam pengetahuan dan
teori tentang membuat admin ingin mengangkat judul Autism Spectrum Disorder (ASD)
Di Persimpangan Teori.
Dalam beberapa literatur ditemukan bahwa adanya keragaman pengetahuan
mengenai ASD, prinsip-prinsip dalam intervensi, pengakuan, dan pengalaman
belajar dari individu dengan ASD sendiri hingga mengapa kemampuan komunikasi
sosial perlu menjadi prioritas yang harus dibangun dalam proses pendidikan
mereka.
Masyarakat perlu memahami teori-teori yang ada secara terbuka sehingga
dapat memberikan berbagai ide dan gagasan dalam membantu proses pendidikan bagi
anak-anak ASD. Apalagi komunikasi sosial anak-anak dengan ASD akan sangat
berkorelasi dengan keberhasilan mereka di masa depan.
Para orang tua wajib memperhatikan semua area perkembangan yang
mewakili keseluruhan diri anak mereka. Perkembangan awal mereka, penampilannya,
mobilitas, perhatian, fungsi-fungsi sensoris, kemampuan bermain, perkembangan
konsep-konsep dasar, kemampuan yang bersifat sekuen, kemampuan musical, dan
lain sebagainya. Selain menjadi proses awal dalam mengetahui kelainan
perkembangan, mereka juga dapat memberikan informasi keterampilan-keterampilan,
kecenderungan-kecenderungan, dan potensi-potensi yang ada pada diri anak
sendiri.
Saat ini banyak sekali potongan puzzle mengenai ASD. Berbagai penjelasan
dapat kita temukan dari berbagai media dan kita juga dapat membandingkan dan
menghubungkan setiap penjelasan mengenai ASD. Ada tiga teori utama yang mencoba
menjelaskan bagaimana otak pada orang-orang dengan ASD.
Pertama, “Theory of Mind” yang menjelaskan hambatan dalam berpikir
sehingga mereka kurang mampu mengenali bahwa orang lain juga memiliki kondisi
mental yang independen (Baron-Cohen, 2009). Theory of Mind ini sering disebut
juga dengan “kebutaan pikiran” karena menjelaskan kebingungan orang dengan ASD
terhadap tindakan atau perilaku orang lain. Hambatan ini kemudian berdampak
pada kekurangan empati, ketidakmampuan terlibat dalam komunikasi sosial atau
kurangnya keinginan untuk mempertahankan interaksi sosial.
Teori di atas dianggap mampu menjelaskan latar belakang mereka
mengalami kesulitan untuk berpartisipasi dalam proses perkembangan komunikasi
sosial yang alami, seperti imitasi melalui model, perhatian bersama, dan
bermain simbolik. Teori tersebut juga menyampaikan berbagai alasan adanya masalah-masalah
pragmatis dalam pengalaman orang dengan ASD sewaktu berkomunikasi dan
berinteraksi.
Kedua, teori yang menyebutkan adanya hambatan dalam membangun koherensi
sentral (Central Coherence Theory) yang menjelaskan bahwa proses berfikir pada
orang dengan ASD hanya terfokus pada informasi tertentu saja, parsial atau
sebagian saja dan tidak utuh. Informasi disimpan dan diambil secara terpisah
sehingga sangat spesifik dan tidak digeneraslisasikan dalam situasi lain yang
sama. Noens (2004) dan Van Berckalaer-Onnes (2005) berpendapat bahwa teori ini
adalah teori yang terbaik ntuk menjelaskan semua defisit komunikasi sosial,
baik ekspresif maupun represif yang ditemukan pada anak-anak ASD.
Ketiga, teori mengenai adanya gangguan dalam fungi eksekutif sehingga
disebut sebagai Executive Function Theory. Orang dengan ASD mengalami hambatan
dalam fungsi eksklusif mereka. Fungsi ekslusif memungkinkan seseorang untuk
merencanakan, mengatur, melakukan berbagai tugas, membuat keputusan, dan untuk
menekan perilaku-perilaku otomatis atau semua perilaku impulsive yang ada. Kemampuan
ini memungkinkan seseorang bersikap dan bertindak fleksibel (adaptif) dalam
berpikir dan belajar.
Selain teori-teori yang disebutkan di atas, banyak sekali ide-ide untuk
membantu para orang tua yang memiliki anak dengan ASD yang berkembang melalui
berbagai hasil penelitian dan praktik di bidang medis, psikologi, dan
pendidikan. Semua itu akan menuntut perlunya sikap toleran dalam menerima
berbagai perbedaan dan pemahaman mengenai ASD, baik dari para neurolog, dokter
anak, psikolog, guru, terapis, orang tua, dan anggota keluarga lainnya.
Para ahli dan praktisi yang mengumpulkan berbagai informasi mengenai
fitur-fitur yang menjelaskan ASD dan mengikuti perkembangannya, mungkin dapat
memahami bahwa ASD adalah suatu kondisi yang unit dan individual bagi setiap
anak yang mengalaminya. Pengakuan terhadap individualitas anak yang unik juga
akan memberikan peluang dalam menawarkan sesuatu yang positif bagi perkembangan
anak ASD. Berbagai pengalaman ahli dan praktisi yang muncul dari sudut pandang
mereka tentu dapat memberikan harapan positif bagi orang tua dalam membesarkan
dan mendidik anak mereka yang mengalami ASD.
0 Comments
Ada pertanyaan atau saran tentang website ini, tulis komentarmu di sini: